Rikernasi Shinta



 Malam semakin pekat mengutuk zaman yang kian busuk, kunang-kunang mulai bercengkrama dengan rembulan menghadirkan keremangan disudut-sudut kota. Kunang-kunang bermata bening mulai meracau kian kemari mencari mencari lelaki yang gelap mata  menodai. Ini sudah gelas ke 9, mabuk ku sudah hampir klimaks, namun Rahwana tak kunjung datang menikmati ku. 3 jam sudah aku menunggu nya, syaraf sadar ku hampir putus setelah tenggakan terakhir  di gelas ke 9.
Ku lihat sosok yang kunanti dipojok diskotik dengan jalan sempoyongan semakin mendekati ku, ya ternyata benar dia Rahwana andalan ku, kesayangan ku dan pujaan ku. “ lama sekali kau datang, ini sudah gelas ke-9, kau seharus nya datang saat masih ku tenggak gelas ke-3, syaraf sadar ku hampir putus karna minuman ini, kau tahu hah.... sekarang aku tak akan paham tentang konspirasi yang akan kita perbincangkan Rahwana” ujar ku meracau “ kau memang bukan pemabuk yang baik Shinta, kau hanya wanita tolol peliharaan Rama, sendari dulu sebelum kau rikernasi, kau hanya budak sex dan batu loncatat kekuasaan,  Shinta, andai kau tak menolak saat ingin ku ajari menjadi pemabuk yang baik. kau bisa masuk ke bar mana saja yang kau sukai menggunakan nama ku” ujar rahwana “sudahlah.. hentikan omong kosong mu itu, sekarang tolong bawa aku ke hotel, aku ingin membaringkan tubuh ku” “baiklah shinta, setelah mabuk mu selesai, baru kita bicarakan soal konspirasi ini”.
Pagi yang indah di Alengka, bertambah dengan suguhan suasana pagi di kamar hotel 69 ketika menghadap kejendela kamar, matahari terbit dan bunga-bunga bermekaran ditaman hotel, serta laut dan darata India adalah saksi sadar ku setelah mabuk semalam. Aku tidak pernah disambut sehangat ini di Ayodya, mentari nya selalu membakar hati ku entah itu pagi atau bahkan senja hari, kau tahu aku ini jelmaan bidadari, malang niang nasib ku setelah diperistri Rama, raja muda dari kosala kegemilangannya pada tahta tak lantas membuat ku bahagia, intrik demi intrik terus terjadi di istana, membuat aku geram dan ingin meninggalkannya, setiap malam aku pergi mencari hiburan ke bar atau bahkan ke alun-alun istana tempat perjudian, wanita-wanita lonte, dan orang-orang kapitalis. Kau tahu berapa jumlah pendapatan perkapita kerajaan ini dari hasil tempat hiburan malam ? 3.605,1 $ dollar Amerika, angka yang luar biasa pantastis, dari hasil ecek-ecek kas kerajaan ini terpenuhi, aku luar biasa menikmati kemewahan ini sebagai permaisuri istana, hanya saja tidak sesuai dengan hati.
“hallo, Shinta maaf aku tidak menemani mu pagi ini, karena aku harus pergi ke Makau bertemu dengan para penguasa black market, ini bisnis bukan sembarang bisnis Shinta, ini melibat kan penguasa seluruh dunia. Setelah aku pulang, akan ku ceritakan bangaimana hebatnya aku dan bisnis ini. Aku telah siapkan longice island untuk pagi mu yang seksi ini dan nasi india kesukaan mu bertanda Rahwana Pujaan mu  ” ujar rahwana pada sepucuk surat diatas meja rias.
Rahwana selalu tahu bangaimana menyenang ku, saat membuka mata bahkan sampai mata ini kembali tertutup, entahlah aku selalu bahagia disampingnya. Dunianya penuh kejutan, sisi hitam adalah putihnya dan putihnya adalah hitam. Laki-laki yang sulit ditebak seperti Rahwana adalah racun bagi darah ku, lihat saja saat tubuh ku bergejolak, mendamba dekap dan hangat kasih sayang dari dia. Bahkan busur Rama sendiri kalah dahsyat dengan degup jantung ku pada Rahwana.
Sayembara sialan itu telah mengutuk ku menjadi istri Rama, kau tau bagaimana tabiatnya, semakin hari tabiatnya kian bertambah buruk, kerugian-kecurigaan itu semakin kejam mengusirku dari istana Rama, hari demi hari aku semakin aku tidak dihargai, sebagai wanita akupun punya nafsu yang harus dipenuhi. Nafsu biologis adalah kebutuhan dasar manusia yang harusnya dia mengerti, aku seperti seorang wanita yang kering diantara rumput-rumput hijau di tepi danau. Jangan salahkan aku berpaling dan menjadi orang asing karena buat apa aku bermewah dengan perhiasan istana sedang aku bak kacung boneka yang hanya jadi bahan  permainan politik rama dengan kerajaan ayah ku, pernikahan politik macam apa ini ? aku tak mengerti harusnya aku pun ikut andil dalam catur politik istana, serendah-rendahnya aku bisa menjadi menteri pemberdayaan perempuan.
Kalau aku jadi menteri pemberdayaan perempuan, maka akan kuberdayakan pelacur-pelacur di kerajaan ini agar mereka punya nama. Biar nama mereka semakin besar dan membawa pengaruh atas pertumbuhan ekonomi kerajaan ini, mereka tak akan segan-segan mematok tarif setiap kali orang yang datang meminta dipuasi.  Aku tidak akan membuat mereka dibikin korban atas ketidak adilan dan kemunafikan orang-orang istana yang memandang mereka dengan sebelah mata.
Omong bustit mereka tentang kesucian dan moral dalam bekerja sebagai teladan bagi rakyatnya. Buktinya di tempat mereka bekerja para dewan perwakilan rakyat jelata sudah beberapa kali terpergoki oleh dewan kehormatan istana yang sama-sama busit menutupi, tentang celana mereka yang basah sedang menstrubasi, akibat bermain dengan kelamin mereka sendiri sambil manatap gambar dan video mesum dilayar handphone pintar mereka.
Harusnya mereka tahu malu, setelah menggayang mereka hingga kecut, terhina dimata mereka, tapi akuilah bahwa kalian butuh mereka untuk pelampisan hasrat yang serakah. Aku sangat mengerti karena aku pun merasakannya saat ini, otak ku pusing, kepala ku mumet susah berminggu-minggu Rama tak memberiku nafkah biologis, hingga aku kelewat batas seperti ini dan memilih Rahwana yang segalanya memberiku semua yang ku butuhkan sebagai wanita.
Rama itu bodoh beraninya dia membuat ku merana seperti ini setelah aku begitu mencintainya, lihat saja aku bukan wanita bodoh yang bisa dipermainkan seperti wanita bodoh yang manut-manut kaya marmut pada cintanya. Tidak, aku bukan wanita seperti itu, kau tau aku jelmaan seorang seorang dewi kayangan di negeri dewa-dewa, meski aku lahir pada dewa-dewi india, tapi dalam darahku mengalir darah kleopatra, aku adalah titisan Kleopatra, darah Kleopatra telah menjadi racun pada DNA ku. Sekarang kau bisa membayangkan betapa hebatnya catur politik ku pada laki-laki begitu licik.
Tapi aku bukan sembarang, seperti yang kau tahu aku Shinta wanita titisan kleopatra bukan berarti wanita biasa, aku bukan wanita yang bisa tidur bergantian dengan laki-laki lain selain dengan laki-laki yang memiliki kualitas dan pemikiran begitu luas, karena sebelum seorang laki-laki meniduri ku, laki-laki tersebut harus membuat diri ku takluk dan takjuk akan kebisaannya dan pengetahuannya, maka akan ku ajak dia berdebat hingga aku bisa menilai sejauh mana laki-laki ku mempunyai otak yang unggul. Seberani-beraninya aku tetap saja aku memiliki rasa takut. Aku takut hamil, aku takut hamil mengandung anak dari seorang laki-laki yang punya kualitas, aku takut hal itu turun pada anaknya, karena jika hal itu terjadi hancurlah masa depan anak ku, di dunia yang semakin kejam ini kalau tidak memiliki keunggulan maka hidup yang sudah susah akan semakin susah.
Setidaknya kalau aku berselera dengan laki-laki seperti Rama dan juga seperti Rahwana, laki-laki yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan, hidup ku akan senang sentosa. Jika aku punya anak, maka anak ku paling tidak, tidak usah pusing beli beras karena didapat dari hasil keringat rakyat dan aku tetap menjadi terhormat karena wanita seperti aku melahirkan penerus kerajaan. Aku akan jadi seperti Mariamuzamani, atau ibu suri jika anak ku, kelak naik tahta. Tak perlulah anak ku laki-laki yang menggantikan posisi raja, anak perempuan sekalipun yang aku lahirkan, akan aku didik menjadi seorang ratu yang berkuasa.
Kring-kring-kring.... suara telpon ku berbunyi, kulihat layar ponselku, ternyata oarang yang ku tunggu kabarnya akhirnya mengabari ku, siapa lagi kalau bukan Rahwana. “ Hallo, how are you shinta ?” cakap rahwana “I’m fine Rahwana, kalau kau pulang  ? aku membutuhkanmu, kita harus membicarakan konspirasi ini, aku sudah tidak tahan, perut ku sudah mulai membesar Rahwana” kata ku “Aku akan menemui mu sekarang, kembalilah ke hotel, kita akan membicarakannya sekarang, tapi dengan satu syarat jangan pernah ada yang kau tutup-tutupi dari ku walau selembar kain sekalipun, aku ingini kita saling terbuka, karena saat aku kesanapun, aku  akan menanggalkan semua baju ku untuk mu, maka bersiaplah, kau akan jatuh cinta padaku, kerena hanya aku laki-laki yang pandai menggagahimu, menjagamu, hingga akhir hayatku, percayalah kau padaku shinta aku tak akan membuatmu kecewa” ujar Rahwana dengan begitu tegas “ baiklah akan ku percaya kan sepeuhnya kali ini padamu Rahwana”.
Beberapa menit kemudian Rahwana datang ke kamarku, tapi dia tak sama sekali telanjang seperti yang baru saja dia kata kan pada ku, ah memalukan sekali aku ini aku mengikuti omongan konyol Rahwana untuk telanjang. “Shinta mengapa kau bugil seperti ini ahhh... kau ini gila, apa bodoh sih, masa kau tak bisa mencerna kata-kata ku ditelpon tadi, ahhh sudahlah aku tak tak kuat aku mau kekamar mandi, basah celana ku dibuat mu, sekarang cepat pakai pakain mu” ujar Rahwana sambil ngibrit ke kamar mandi. Setelah beberapa menit akhirnya Rahwana keluar dari kamar mandi dan aku tertawa-tawa saja liat dia begitu heboh kaget melihat ku telanjang, ini yang membaut aku semakin tergila-gila pada Rahwana, dia tak pernah menyentuh apa yang bukan haknya.
“Baiklah Shinta kita mulai, demi rasa cintaku padamu, akan ku jadikan kau wanita terhormat Shinta, mulailah Shinta ceritakan semuanya jangan ada yang ditutupi jangan kau berbicara selain kebenaran itu dari mulutmu, bersumpahlah kau Shinta” ujar Rahwana sambil menyentuh kepala ku bertanda meminta sumpah ku “Aku bersumpah Rahwana demi bayi yang ada didalam Rahimku, apa yang aku katakan ini adalah kebenaran” ujarku “Baiklah katakan” balas Rahwana sambil tersenyum percaya pada ku.
“Rahwana, bayi yang ada dalam kandungan ku itu adalah bayi dari suami ku Rama, tapi dia tak mempercayainya Rahwana, aku sangat hancur apa yang harus aku lakukan, aku telah bersumpah dengan sumpah yang paling agung bagi perempuan, aku bersumpah demi cinta ku dan kesetianku pada suamiku, kau tahu aku takan tidur bersama dengan seorang laki-laki manapun terkecuali dia berkualitas dan punya otak, aku tak pernah menemukannya Rahwana selain Rama dan kau Rahwana, dan aku tidak mungkinkan tidur bersama denganmu, sedang tadi saja saat aku melepas semua pakaianku kau sudah terbirit-birit, aku percaya kau tak menodai ku, ini hanya akal-akalan Rama saja yang ingin membuang ku dalam percaturan politik istananya karena sepertinya aku sudah tiadak lagi dibutuhkan untuk memperkuat kekuasaanya, kau tau aku menikah dengannya itu karena pernikahan politik Rahwana, dan bodohnya aku, aku tak bisa mengontrol diri ku saat bercinta dengan Rama hingga akhirnya aku hamil anaknya karena aku pikir, anak yang aku lahirkan ini akan membawa ku kepuncak kejaan di istana, tapi ternyata aku hanya korban disini Rahwana, bisakah aku meminta belas kasihanmu, untuk memerangi Rama ?” aku mencoba bercerita dengan tangis yang tak dapat aku bendung lagi “Bisa saja aku membantu mu Shinta karena sesungguhnya aku masih begitu dendang pada suamimu itu yang telah merebutmu dari ku Cinta ku yang tega-teganya disakiti dan diterlantarkan seperti ini, kalau saja kau mau dulu menikah dengan ku maka sudah pasti catur politikmu akan gemilang bersamaku, kau buakn hanya wanita dibalik layar tapi kau adalah wanita yang selalu disisiku yang akan selalu aku genggam erat tangatnya, kau akan aku jadikan menteri pemberdayaan perempuan seperti cita-cita mu Shinta” ujar Rahwana sambil mengelus rambut ku dengan tatapan yang begitu meneduhkan.
“Rahwana kau tahu 2 bulan yang lalu aku diajak Rama ke Hotel untuk menemaninya bertemu dengan seorang ketua dewan rakyat jelata kerajaan kami, dan saat itu, kita bertemu kan ? kau tahu saat itu aku sedang hamil 2 minggu, dan aku belum memberitahu Rama soal kehamilanku, yang tahu hanya tabib istana. Dan saat itu Rama sedang sibuk dengan rekannya itu hingga aku ditinggal sendirian dalam kamar hotel, dan laksmana yang menjaga akupun dia meninggalkan aku untuk menyusul Rama yang saat itu meninggalkan berkas-berkas pentingnya soal proyeksi e-ktp kerajaan. Aku begitu kesepian akhirnya aku langgar perintah Rama untuk tidak keluar dari kamar. Aku keluar kamar semalaman itu dan aku tersesat hingga aku tidak bisa pulang, bukan tersesat sih hanya aku menyesatkan diri, kau tau hasrat ku untuk treveling itu begitu tinggi, aku berpikir aku akan kembali ke hotel besok pagi, karena malam ini aku ingin menghabiskan malam di alam bebas, namun tak disangka-sangka pertemuan kita subuh itu mempertemukan kita Rahwana kau tahu saat itu aku sedeng menghadapi masalah genting, tetang dompet ku yang akan dicopet oleh seorang wanita yang begitu mirip dengan istri simpanan ayahnya Rama yang menjadi Ibu tiri Rama yang jahat itu yang pernah mengusir Rama dari istana, kau datang tepat waktu sebagai pahlawan yang menyelamatkan ku dari pencopet itu, tapi kau tak bisa menyelamatkan baju yang aku kenakan, baju ku robek parah saat itu, kau ingatkan Rahwana ? kau mengantarku pulang, namun diperjalanan kita bertemu Rama, wajah Rama seketika berapi-api tatapannya begitu aku takuti, bak filaun yang mengejar musa Rama mennghantam wajah mu, tapi kau hanya diam dan berlari meninggalkan aku dan Rama.” Aku mencoba menjelaskan hal yang sesungguhnya .
“lalu setelah itu apa yang terjadi pada kalian, maaf aku lari ,karena aku sedang mabuk Sinta, aku sedang mabuk karena batin ku amat sakit melihat kebersamaan kalian. Dan saat itu aku lebih memiih berlari setelah dipukul oleh Rama, karena aku takut jika aku melawan Rama, kau akan jadi janda Shinta, aku lebih baik melihatmu marah dari pada melihatmu sedih Shinta, karena air mata mu adalah siksa bagi ku Shinta” kata Rahwana sambil matanya berkaca-kaca “lanjutkanlah ceritamu, tunjukan aku kebenaranya, agar aku bisa membelamu” kata Rahwana “Baiklah, Setelah itu terjadi, hari-hari setelah kita kembali ke istana, Rama semakin acuh dan bersikap kasar pada ku, beraninya dia meragukan kesucian ku dan kesetiaan ku, dan pada saat aku mengatakan bahwa aku hamil, rama tak percya pada ku, bahwa anak yang ku kandung ini adalah anaknya, dia menyangka anak ini adalah anak mu Rahwana, harus dengan apalagi aku bersumpah, meski aku tak diusir dari istna tapi desas desus itu mengganggu gendang telingangu apalagi, intrik-demi intrik terus terjadi demi mengusirku dari istana, 2  minggu yang lalu tabib saksi kunci kebenaran soal bayi ini mati diracun oleh seorang penyusup diistana Rahwana, apa yang harus aku lakukan, aku takberdaya saat ini, hari-hari aku habiskan mengunjungi club-club di alun-alun istana karena Rama sudah tak ingin menyentuhku dan memilih menyibukan, setidaknya kalaupun aku berpisah dengannya aku ingin berpisah secara terhormat dan bayi yang aku kandung bisa mendapatkan haknya atas tahta, aku tak ingin jika anakku lahir hidup melarat tanpa kedudukan” kata ku sambil terisak “ Pulanglah Shinta buktikan kesetianmu dan kesucian dengan sumpahmu, kau keturunan dewi dan kecantikanmu titisan kleopatra, dewa akan berpihak pada kebenaran, kau tau sumpah obong ?” kata rahwana “aku tahu, aku tahu akan akan pulang dan melakukannya”kata ku mengerti ucapan Rahwana “kau mengeri dengan baik, oh Shinta sungguh api takan tega membakar sehelai banangpun yang membalut tubuhmu”.
Akupun pulang mengikuti arahan Rahwana untuk mengajukan sumpah atas mempertahankan kebenaran, sesampainya di Istana Rama aku mengumpulkan semua penduduk kerajaan di halaman istana untuk menyaksikan sumpah obong ku, aku akan mengucap sumpah kesucian ku dan melompat kedalam api, jika aku berdusta aku akan lenyap terbakar namun jika aku benar maka api akan menyelamatkan ku, tak membakar tubuhku.
“Wahai suamiku Rama keluarlah kamu, saksikankan sumpah kesucianku ditatas api yang menyala-nyala ini” teriak ku sambil terisak memanggil Rama, tak lama Ramapun keluar dari istana “Kau gila Shinta, coba saja sudah pasti api itu akan membakarmu dan juga bayi haram mu itu” ujar Rama batinku teramat sakit, serasa tercabik-cabik. “ baik Rama jika kau tak percaya biar sumpahku yang membuat kau musnah, kau harus ikut dengan ku, bersumpah ditas kobaran api, kita akan melocat sama-sama, aku juga akan meminta sumpahmu, bahwa kau melakukan penghinaan ini pada ku hanya konspirasi kekuasaan, kau berniat mencari wanita yang bisa dinikah dengan dasar perjanjian politik kan, mengaku saja, kau harus ikut aku bersumpah biar rakyat tau siapa yang berdusta diantara kita” aku menarik tangan Rama dan membawanya pada api yang akan kita masuki, “hahaha baiklah Shinta, tapi sebelum itu kaulah duluan yang masuk dalam api sebelum aku, karena aku ingin melihat kau mati oleh sumpahmu sendiri” ujar Rama mencela dengan hebat padaku, “Baik Rama jika itu permintan mu, aku akan bersumpah, dengarlah sumpahku wahai suamiku, Duhai dewa dengarlah nyanyian kesedihan ini dari putrimu, hati putrimu ini sangat sakit karena fitnah keji suaminya, duahai dewi, ibunda anak mu ini diragukan kestianya dan kesuciannya oleh suaminya sendiri, inilah kebenaran yang aku ucapkan, jika aku benar dan tidak melakukan dosa penghianatan yang seperti suamiku tuduhkan selamatkanlah aku dari kobaran api ini, dan jika aku berdosa laknatlah aku karena telah membohongi suamiku, dewa dengarkanlah aku, dewi dengarkanlah senandung kesedihanku” itulah sumpah ku dan aku tanpa ragu masuk dalam kobaran api itu, setelah beberapa menit aku masuk dalam api, tapi api tak berani menyentuh ku dan rasanya api itu seperti angin musim dingin yang bertiup, sangat lembut dan menyejukan, aku keluar dari api itu dengan selamat.
“Lihatlah suami ku dan rakyat ku, bahkan aku tak disentuh oleh api yang menyala-nyala ini,sekrang giliranmu Rama suami ku tak tak biasa menggelak” ujar ku “Baiklah Shinta, aku akan bersumpah demi dewa dan dewi bahwa apa Shinta tuduhkan itu tidak benar, wahai dewa, dewi dengarlah sumpah ku” ujar Rama dengan angkuh. Rama pun masuk dalam kobaran api itu dan apa yang terjadi Rama termakan sumpahnya sediri dan ia terbakar oleh api dan menjadi abu.
“Lihatlah Rakyat ku siapa yang berdusta diantara kami”teriak ku tanda kemenangan ku, walau aku menang, akupun mendapatkan status baru sebagai seorang janda dan akan mempunyai anak tanpa ayah, entahlah bagaimana cara aku bisa bertahan dengan anak ini, aku tak mungikin kembali menguasai istana setelah kematian Rama, karean seluruh aset istnana tak ada satupun atas namaku, tapi tak apa setidaknya aku bisa hidup secara terhormat.
Seminggu berlalu setelah kematian Rama,aku tinggal berpindah-pindah dari hotel satu ke hotel yang lain karena untuk membeli sebuah rumah itu tidaklah mudah prosesnya bisa seminggu beres. Kring-kring suara handphone ku berbunyi “Hallo, dengan jandanya Rama ?” ujar Rahwana dengan nada berengsek “berengsek dengan saranmu aku jadi janda, tapi tak apa, sekarang aku bisa hidup secara terhormat karena saran dari mu” ujarku “Shinta, aku mau jadi ayah bagi anak yang kau kandung, aku berjanji akan jadi ayah dan suami yang baik untuk mu, aku mencintaimu tanpa syarat apapun maukah kau meneriama dan hidup bersama, kita bangun istana kita di Alengka, akan ku buatkan kau taman surga dunia yang indah, akan ku berikan dunia ku, aku memohon pada mu, aku sangat menggilaimu, aku sangat mendambakan dirimu, aku mencintaimu tanpa syarat Shinta” ujarnya sampai merintih memelas dan sedu mengis. “Baiklah Rahwana, kau paling bisa membuat aku mabuk, aku menerima mu, aku bersedia mendampingi hidupmu Rahwana ku, samapi ajal memisahkan, aku kan menikah dengan mu tapi setelah bayi yang aku kandung ini lahir, apa kau akan bersedia menunggunya ?” jawab ku “Aku bersedia, Shinta wanita pujaan ku”.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitty dan Hujan